TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota
Komisi III DPR, Ahmad Yani, menilai polisi terlambat menangani geng
motor pada saat ini mengingat ulah geng motor yang meresahkan masyarakat
itu telah terjadi sejak beberapa tahun lalu.
"Saya lihat
penanganan geng motor ini sebenarnya sudah terlambat. Karena persoalan
ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu," kata Yani di Gedung DPR,
Jakarta, Senin (16/4/2012).Bahkan, ulah geng motor terakhir di Jakarta, berpotensi menjadi pergesekan antar TNI dan Polri. Sebab, korban tewas diduga dari aksi geng motor itu anggota TNI AL.
"Terlebih ada pernyataan dari Panglima TNI juga bersikap atas adanya korban dari internal TNI AL. Sehingga ada potensi konflik lain terjadi antarunit-unit di aparat keamanan," ujarnya.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menduga sweeping dan serangan kelompok bermotor berbadan tegap dan berambut cepak di Jakarta beberapa hari lalu itu, adalah bentuk balas dendam atas kematian rekan mereka.
"Kenapa balas dendam, karena mereka tidak percaya hukum lagi bekerja dengan baik. Maka, dia melakukan hukum sendiri, hukum mau dia tegakkan sendiri. Itu yang namanya 'Street Justice' atau hukum jalanan. Nah dalam negara kita, itu tidak bisa dibiarkan," tandasnya.
Menurutnya, jika polisi dan masyarakat berjalan dengan fungsinya masing-masing, maka aksi balas dendam itu tak terjadi.
Yani menyindir polisi yang tak lagi intensif melakukan patroli di jalan. "Dulu patroli motor banyak dilakukan. Tapi, kan negara kita hangat-hangat tahi ayam. Oleh karena itu, harus kita tindak tegas geng-geng motor itu," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar