Menaikkan kapasitas mesin di atas rata-rata sudah jadi trending topics di kalangan speedgoers Tanah Air. Tak cuma buat aplikasi balap, melainkan ada juga yang dipakai buat wara-wiri dari rumah ke kantor atau tempat nongkrong. Tapi rata-rata bore-up tak lebih dari 154 cc. Lalu bagaimana bila ingin mengaplikasi piston berdiameter lebih gede lagi agar volume silinder bisa mencapai 200 cc?
Jawaban :
MotoBike - Anggapan itu ditepis mentah-mentah Anis yang bermarkas di Kemandoran, Jaksel. “Bore-up ekstrem hingga 200 cc sebenarnya bisa juga untuk harian selama blueprinting-nya benar,” sahut pemilik Yamaha Nouvo berkapasitas 225 cc.
Bahkan, kapasitas sebesar itu masih enak untuk diajak turing jarak jauh. Kuncinya ada pada rasio kompresi. “Selama perbandingan kompresi gak ekstrem, enak-enak saja buat dipakai harian,” terang Anis.
Malah komunitas bore-up ekstrem harian yang sudah digalangnya selama ini kerap melakukan turing jarak jauh tanpa masalah. Kelebihan lainnya, power band menjadi lebih luas karena perbandingan kompresi yang kecil tadi.
Intinya ada pada pemilihan, material komponen untuk bore-up serta desain yang ideal. Semisal piston yang flat top dan ubahan pada kepala silinder dengan model bathtub. Ini dilakukan agar perbandingan kompresi tidak meningkat tajam saat piston besar masuk ke blok silinder.
“Untuk aplikasi harian, kepala silinder dibentuk ulang dengan permainan kubah yang memiliki sudut kemiringan sekitar 9°,” jelas Erwin Oei dari Rudi Jaya Motor di daerah Ciputat, Tangerang. Selebihnya mau main klep lebar juga sudah enak.
Saat memilih piston berdiameter di atas 63,5 mm, pastikan yang punya bentuk top rata alias flat top. “Kalau pakai yang dome top alias munjung pasti perbandingan kompresi jadi lebih padat,” terang Erwin lagi. Idealnya, untuk harian cukup 10,5:1 agar masih bisa pakai bahan bakar Premium.
Untuk itu, jangan lupa untuk menyetel TMA di bawah bibir blok silinder. Bila pada praktiknya, top piston nongol sekitar 1,5 mm, artinya harus ada penambahan adaptor blok setebal 1,9-2 mm agar top piston jadi mendem 0,4-0,5 mm.
Dengan konfigurasi seperti ini ditambah desain combustion chamber berbentuk bathtub dengan kemiringan sudut 9°tadi, perbandingan kompresi bisa ditekan tak melebihi 11:1. “Starter elektrik bawaan motor pun tetap bisa dipakai karena dinamo starter masih mampu menendang piston saat TMA,” jelas Teguh, pembesut Yamaha Nouvo yang memakai piston 63,5 mm untuk harian.
Selebihnya tinggal menyetel ulang noken as dan sistem karburasi. Masak iya, kapasitas sudah melonjak tetapi noken as dan karburator masih bawaan standar pabrik? “Minimal LSA noken as dibentuk ulang agar respons buka tutup klep lebih agresif,” terang Kiki Gustiawan dari Joery Racing di bilangan Kebon Jeruk, Jakbar.
Bahkan, kapasitas sebesar itu masih enak untuk diajak turing jarak jauh. Kuncinya ada pada rasio kompresi. “Selama perbandingan kompresi gak ekstrem, enak-enak saja buat dipakai harian,” terang Anis.
Malah komunitas bore-up ekstrem harian yang sudah digalangnya selama ini kerap melakukan turing jarak jauh tanpa masalah. Kelebihan lainnya, power band menjadi lebih luas karena perbandingan kompresi yang kecil tadi.
Intinya ada pada pemilihan, material komponen untuk bore-up serta desain yang ideal. Semisal piston yang flat top dan ubahan pada kepala silinder dengan model bathtub. Ini dilakukan agar perbandingan kompresi tidak meningkat tajam saat piston besar masuk ke blok silinder.
“Untuk aplikasi harian, kepala silinder dibentuk ulang dengan permainan kubah yang memiliki sudut kemiringan sekitar 9°,” jelas Erwin Oei dari Rudi Jaya Motor di daerah Ciputat, Tangerang. Selebihnya mau main klep lebar juga sudah enak.
Saat memilih piston berdiameter di atas 63,5 mm, pastikan yang punya bentuk top rata alias flat top. “Kalau pakai yang dome top alias munjung pasti perbandingan kompresi jadi lebih padat,” terang Erwin lagi. Idealnya, untuk harian cukup 10,5:1 agar masih bisa pakai bahan bakar Premium.
Untuk itu, jangan lupa untuk menyetel TMA di bawah bibir blok silinder. Bila pada praktiknya, top piston nongol sekitar 1,5 mm, artinya harus ada penambahan adaptor blok setebal 1,9-2 mm agar top piston jadi mendem 0,4-0,5 mm.
Dengan konfigurasi seperti ini ditambah desain combustion chamber berbentuk bathtub dengan kemiringan sudut 9°tadi, perbandingan kompresi bisa ditekan tak melebihi 11:1. “Starter elektrik bawaan motor pun tetap bisa dipakai karena dinamo starter masih mampu menendang piston saat TMA,” jelas Teguh, pembesut Yamaha Nouvo yang memakai piston 63,5 mm untuk harian.
Selebihnya tinggal menyetel ulang noken as dan sistem karburasi. Masak iya, kapasitas sudah melonjak tetapi noken as dan karburator masih bawaan standar pabrik? “Minimal LSA noken as dibentuk ulang agar respons buka tutup klep lebih agresif,” terang Kiki Gustiawan dari Joery Racing di bilangan Kebon Jeruk, Jakbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar