TEMPO.CO, Jakarta-PT
Trans Airways yang membeli 10 persen saham PT Garuda Tbk ternyata belum
terdaftar di Kementerian Perhubungan. »Belum mempunyai Surat Izin
Angkutan Udara,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian
Perhubungan, Bambang S. Ervan, ketika dihubungi Tempo, Ahad, 29 April
2012.
Menurut Bambang, perusahaan swasta itu belum
terdaftar di Kemenhub, baik sebagai perusahaan penerbangan maupun
maskapai yang bergerak di jasa penyewaan ataupun angkutan atau kargo.
Anak perusahaan Trans Corp ini juga belum mempunyai izin rute.Sebelumnya analis PT Batavia Prosperindo Sekuritas, Julio Parningotan, menduga pembelian saham Garuda merupakan upaya untuk mensinergikan Garuda dengan perusahaan yang dimiliki Chairul Tanjung, yakni PT Trans Airways. Pertimbangan Chairul, perkiraan Julio, karena Garuda telah berpengalaman di sektor penerbangan.
Bambang mengatakan, wajar jika Trans Airways membeli saham Garuda karena memang telah melantai di bursa. Namun perihal kerja sama antara dua maskapai, dia belum bisa memprediksi. »Strategi ke depan yang tahu Trans Airways,” tutur Bambang. Jika bekerja sama untuk sinergi yang berkaitan dengan penerbangan, itu tidak dibolehkan karena belum mempunyai izin terbang.
Hingga saat ini Chairul Tanjung belum bisa dihubungi untuk konfirmasi mengenai rencana ke depan antara Garuda dan Trans Airways. Sebaliknya, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar, belum mengetahui rencana ke depan antara perusahaan pelat merah dan swasta itu.
Emir mengatakan, dirinya bahkan belum tahu bidang usaha Trans Airways. »Saya cuma tahu itu punyanya Pak Chairul Tanjung,” kata Emir ketika dihubungi Tempo, Minggu, 29 April 2012.
Sebelumnya Chairul Tanjung membeli saham Garuda Indonesia dari tiga penjamin emisi, yakni PT Bahana Securities, PT Danaraksa Securities, dan Mandiri Sekuritas. Pembelian dilakukan melalui anak perusahaan Trans Corp yaitu Trans Airways dengan harga saham Rp 620 per lembar. Saham yang dibeli 2.321 miliar lembar saham atau senilai Rp 1.439 triliun.
Pada penawaran saham perdana Garuda, 11 Februari 2012 lalu, BUMN ini melepas 6,35 miliar lembar atau 26.67 persen. Harga yang ditawarkan saat itu senilai Rp 750 per lembar. Namun harga tersebut terus turun hingga pernah mencapai level terendah Rp 390 per saham.
SUNDARI